Minggu, 19 Desember 2010

Pengantar



Kemudahan, kecepatan dan keamanan dalam menyelesaikan transaksi keuangan selali menjadi idaman bagi setiap perusahaan. Hal tersebut akan berjalan dengan baik jika mendapat bantuan dari pihak lain seperti bekerja sama dengan lembaga keuangan yaitu perbankan. Dengan adanya perbankan maka akan membantu memberikan jasa meringankan pekerjaan perusahaan antara lain dalam hal menyimpan, mengeluarkan, dan menerima uang perusahaan dari transaksi yang terjadi. Adanya kerjasama dengan pihak perbankan maka untuk keamanan, perusahaan tidak lagi menyimpan uang tunai atau kas dalam jumlah yang besar diperusahaan. Uang tunai atau kas yang ada diperusahaan cukup dalam jumlah kecil sebatas untuk membiaya keperluan sehari-hari yang relatif kecil. Dengan demikian, maka kas perusahaan tersimpan di dua tempat, yaitu di perusahaan dalam jumlah yang relatif kecil yang biasa disebut Kas Kecil (Petty Cash) dan di bank dalam jumlah relatif besar yang biasa disebut Kas Bank. Sebelum membicarakan mengelola administrasi kas bank, terlebih dahulu akan kita bahas tentang kas terlebih dahulu.
Pos pertama dalam neraca adalah aktiwa yang paling likuid (lancar) yaitu Kas. Kas adalah aktiva yang paling lancar, harus sediakan dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan sebab dapat menimbulkan Idle kas dan tidak kekurangan sebab akan menimbulkan tersendatnya kegiatan perusahaan. Yang termasuk kas antara lain : Uang tunai, uang kas yang disimpan di bank, cek yang diterima pihak lain cek kasir ,wesel pos dan simpanan bank-bank luar negeri, Sedangkan yang tidak termasuk kas antara lain cek mundur, pembayaran dimuka, effek, prangko dan materai, deposito berjangka, dana-dana wesel tagih. Menurut sifatnya kas mudah dibawa dan dipindahtangankan dan tidak disertai identitas pemiliknya. Oleh sebab itu kas sering menjadi sasaran kecurangan, penyelewengan, sehingga perlu diadakan pengawasan kas. Kecurangan pada kas misalnya cek kitting, happing.